Sabtu, 19 Maret 2011

Hasad pun Ada pada Mu’minin wal Mu’minat

Agama Islam August 16th, 2010
Hasad Bisa Terjadi Pada Orang Beriman
Hasad bisa saja terjadi pada orang-orang beriman. Hal ini dapat dilihat dalam kisah Nabi Yusuf dengan suadara-saudaranya. Sampai-sampai ayah Nabi Yusuf (Nabi Ya’qub) memerintahkan pada Nabi Yusuf agar jangan menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya agar tidak membuat mereka iri. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
قَالَ يبنيّ لا تقصص غلى إخوتك فيكدوا لك كيدا إن الشيطن للإنسن عدوّ مبين .
“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS 12 Yusuf, ayat 5)
Lalu lihatlah bagaimana perkataan saudara-saudara Nabi Yusuf.
إذ قالوا ليسوف وأخوه أحبّ إلى أبينا منّا ونخن عصبة إنّ أبانا لفي ضلل مبين .
“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin)lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, Padahal kita (ini) adalah satu golongan(yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.” (QS 12 Yusuf, ayat
Hasad (Iri) Tidak Ada Untungnya
Patut sejenak merenung bersama bahwa rasa iri sebenarnya tidak pernah ada untungnya sama sekali. Yang ada hanya derita di dalam hati. Inilah berupa yang disebut dosa. Perbuatan dosa sekecil apapu, sehingga seseorang itu akan dicabut ruhnya, ia akan ingat dari perbuatannya. Orang yang hasad pada saudaranya sama saja tidak suka pada ketentuan atau taqdir Allah. Karena orang yang hasad tidak suka atas ketentuan Allah pada saudaranya. Padahal Allah yang menaqdirkan saudaranya jadi kaya, saudaranya punya kedudukan, saudaranya sukses dalam bisnis, dan sejenisnya. Orang yang hasad sama saja menentang ketentuan ini. Allah Ta’ala berfirman;
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ .
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS 43 Az-Zuhruf, ayat 32)
Orang yang hasad sama saja dengan orang yang menzholimi saudaranya. Oleh karena itu, orang yang didengki (dihasad) akan mendapatkan manfa’at dari orang yang hasad di akhirat kelak. Kebaikan orang yang hasad akan diberikan pada orang yang didengki (dihasad) dan kejelekan orang yang didengki (dihasad) akan beralih pada orang yang hasad. Bisa terjadi hal yang seperti ini karena orang yang hasad layaknya orang yang menzholimi orang lain. Sehingga penyelesaiannya dengan jalan seperti itu. Lebih-lebih lagi jika hasad tadi diteruskan dengan perkataan, perbuatan dan ghibah(menggunjing), tentu akibatnya lebih parah.
Seperti itulah adalah dari akibat di akhirat kelak. Sedangkan di dunia, orang yang hasad pun menderitakan berbagai kerugian akibat unek-unek hasad/jeleknya yang tidak pernah hilang. Jika orang yang ia hasad terus mendapatkan ni’mat, hatinya akan semakin sedih dan terus seperti itu. Bulan pertama, ia hasad karena omset saudaranya meningkat 50 %, ini kesedihan pertama. Jika bulan kedua meningkat lagi, ia pun akan semakin sedih. Begitu seterusnya, orang yang hasad tidak pernah mendapatkan untung, malah kesedihan yang terpendam dalam hati yang ia peroleh waktu demi waktu terus menerus.
No Comments Tagged dengki, hasad, hasad orang beriman, iri
Begitu Besar Bahaya Hasad
Agama Islam August 16th, 2010

Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dan lain-lain. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
Pernah mungkin kita mendengar kisah dua orang tetangga dekat bisa saling bunuh. Penyebabnya karena yang satu buka toko dan lainnya pun ikut-ikutan. Akibat yang satu merasa tersaingi, akhirnya ada rasa iri dengan kemajuan saudaranya. Tetangga pun tidak dipandang. Awalnya rasa iri dipendam di hati. Namun karena semakin hangat dan memanas, akhirnya berujung pada pertikaian yang berakibat hilangnya nyawa. Sikap seperti ini pun mungkin pernah terjadi pada kita. Namun belum sampai parah sampai gontok-gontokan. Rasa iri tersebut muncul kadangkala karena persaingan. Sikap iri semacam ini jarang terjadi pada orang yang usahanya berbeda. Jarang tukang bakso iri pada tukang becak. Orang yang saling iri biasanya usahanya sama. Itulah yang biasa terjadi. Tukang bakso, yah iri pada tukang bakso sebelah. Si empunya toko sembako iri pada orang yang punya toko yang semisal, dan seterusnya.
Perlu diketahui bahwa iri, dengki atau hasad —istilah yang hampir sama— adalah menginginkan hilangnya ni’mat dari orang lain. Asal sekadar benci orang lain mendapatkan ni’mat, itu sudah dinamakan hasad, atau juga itulah yang namanya iri. Hasad seperti inilah yang tercela. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahmengatakan;
ان الحسد هو البغض والكراهة لما يراه من حسن حال المحسود
“Hasad adalah sekadar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.”
Adapun jika ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak menginginkan ni’mat pada orang lain itu hilang, maka hal ini tidak mengapa. Hasad model kedua ini disebut ghibthoh. Yang tercela adalah hasad model pertama tadi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Janganlah kalian saling hasad (iri), janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi (saling mendiamkan/ menghajr). Jadilah kalian bersaudara, wahai hamba Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya:
1. Tidak menyukai apa yang Allah taqdirkan. Merasa tidak suka dengan ni’mat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah taqdirkan dan menentang taqdir Allah.
2. Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dan lain-lain. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
3. Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan ni’mat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan ni’mat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.
4. Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi Muhammad saw bersabda; “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)
5. Seberapa pun besar qadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan ni’mat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
6. Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits ini adalah merasa tidak suka dengan hilangnya ni’mat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya ni’mat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang engkau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
7. Hasad adalah penyebab meninggalkan berdo’a meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan ni’mat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdo’a meminta karunia Allah, padahal Allah Ta’ala berfirman;
وَلاَ تَتَمَنَوْا مَا فَضَّلَ الله بِهِ بَعْضَكُمْ عَلى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوْا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيْبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَسْئَلُوْا الله مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ بِكُلّ شَيْءٍ عَلِيْمًا.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS 4 An-Nisaa’, ayat 32)
1. Hasad penyebab sikap meremehkan ni’mat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi ni’mat. Orang yang dia dengkilah yang mendapatkan ni’mat yang lebih besar dari pada ni’mat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan ni’mat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau mensyukuri ni’mat itu sendiri.
2. Hasad adalah sebagian dari akhlaq tercela. Orang yang hasad mengawasi ni’mat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dan lain-lain.
3. Ketika hasad timbul umumnya orang yang didengki itu akan dizhalimi sehingga orang yang didengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang didengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar